Kebiasaan Mencontek

Image

Kebiasaan Mencontek yang dilakukan oleh  Calon Pendidik

Mahasiswa kependidikan atau sering disebut dengan istilah calon pendidik, adalah mahasiswa yang dibentuk untuk menjadi seorang pendidik. Seperti yang kita ketahui bahwa tugas seorang pendidik yang utama adalah mendidik. Mendidik dalam arti meliputi mentransfer ilmu yang telah kita dapat kepada para siswa, membimbing siswa ke arah yang lebih baik serta memberikan contoh yang baik kepada para siswa. Seperti yang kita ketahui, seorang pendidik nantinya akan menjadi panutan oleh para siswanya. Oleh karena itu contoh yang diberikan hendaknya contoh yang baik dan layak untuk dicontoh.

Tapi dalam kenyataannya mahasiswa kependidikan atau calon pendidik yang nantinya akan melakukan tugas mulia mendidik, ternyata sering melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak patutu ditiru oleh para siswanya kelak. Salah satu kebiasaan tersebut adalah mencontek. Mencontek bukan suatu hal yang tabu lagi dikalangan para pelajar termasuk mahasiswa. Kebiasaan mencontek bahkan kerap dijadikan budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging dikalangan pelajar. Bahkan mungkin tidak ada seorang pelajarpun yang tidak pernah mencontek. Dapat dipastikan semua pelajar pasti pernah mencontek.

Budaya nenek moyang tersebut memang tidak bisa seratus persen dihilangkan, tapi hanya bisa diminimalisir. Kebiasaan tersebut sering kali muncul karena kita kurang percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki. Oleh karena itu kita sebagai seorang mahasiswa khususnya mahasiswa kependidikan harus mempunyai rasa percaya diri yang kuat, supaya kita tidak tergoda untuk melakukan kebiasaan tersebut. Rasa percaya diri dapat ditumbuhkan yaitu dengan cara kita rajin belajar. Dengan belajar kita kan mampu mengatasi ketidaktahuan kita. Selain itu cara lainnya adalah dengan memperkuat keimanan kita. Karena hal itu akan membentengi hati kita supaya kita tidak melakukan hal tersebut. Karena jika kita melakukan hal tersebut. Secara otomatis kita akan merasa bersalah. Disinilah norma agama berperan untuk membentengi dan mengikat kita supaya kita tertib, tidak hanya pada diri sendiri juga dalam masyarakat.

Mencontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan kehidupan sekolah, khususnya bila ada ulangan dan ujian. Biasanya usaha menyontek dimulai pada waktu ulangan dan ujian akan berakhir, tapi tidak jarang usaha tersebut telah dimulai sejak ujian dimulai. Walaupun kata menyontek telah dikenal, sejak lama namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek baru ditemukan pada kata jiplak menjiplak yaitu mencontoh atau meniru ( tulisan pekerjaan orang lain ). Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia istilah menyontek memiliki pengertian yang hampir sama yaitu “ Tiru hasil pekerjaan orang lain”. Ada berbagai macam definisi tentang mencontek, yaitu:

  1. Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwadarminta adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
  2. Dalam artikel yang ditulis oleh Alhadza (2004) kata menyontek sama dengan cheating. Beliau mengutif pendapat Bower (1964) yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Sedang menurut Deighton (1971), cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur).
  3. Menurut Suparno (2000). Segala sistem dan taktik penyontekan sudah dikenal siswa. Sistem suap agar mendapat nilai baik, juga membayar guru agar membocorkan soal ulangan, sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran.

Pada dasarnya mencontek dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu mencontek dengan usaha sendiri dengan membuka buku catatan atau membuar berbagai catatan kecil yang ditulis di tangan atau di tempat lain yang dianggp aman. Bagian yang kedua yaitu dengan meminta bantuan teman. Misalnya dengan meniru jawaban dari teman atau dengan berkompromi menggunakan berbagai macam kode tertentu.

I Will Fly

Image

You know all the things i’ve said
You know all the things that we’ve done
And things i gave to you
There’s a chance for me to say
How precious you are in my life
And you know that it’s true

* to be with you is all that i need
  coz with you my life seems brighter
  and these are all the things i wanna say

Reff: i will fly into your arms
and be with you til the end of time
why are you so far away
you know it’s very hard for me
to get myself close to you

You’re the reason why i stay
You’re the one who cannot believe
Our love will never end
It is always in my dream
You’re the one who cannot see this
How could you be so blind

Tentang Sosialisasi

Image

  1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).

  1. Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

  1. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.

Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung.

 

 

  1. Proses Sosialisasi

Proses sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berprilaku sesuai dengan tuntunan atau perilaku masyarakatnya. Proses sosialisasi terjadi melalui 4 tahap, yaitu :

  1. Persiapan (Preparatory stage)

Pada tahap ini anak mulai belajar mengambil peranan orang-orang disekeliling terutama orang yang paling dekat (keluarga).

  1. Meniru (Play Stage)

Pada tahap ini anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus dijalankan, tetapi harus mengetahu iperanan yang dijalankan orang lain.

  1. Bertindak (Game Stage).

Pada tahap ini anak dianggap mampu mengambil peranan yang dijalankan orang lain dalam masayrakat luas.

  1. Menerima Norma (Generalized Others).

Pada tahap ini anak telah siap menjalankan peranan orang lain, ia mulai memiliki kesadaran akan tanggung jawab.

  1. Tipe sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar ‘apakah seseorang itu baik atau tidak’ di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut :

 

 

  1. Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

  1. Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

  1. Pola sosialisasi

Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.

  1. Sosialisasi represif (repressive socialization)

Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.

  1. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization)

Sosialisasi ini merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

 

  1. Agen sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan. Berikut adalah penjelasan mengenai agen sosialisasi

  1. Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

  1. Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

  1. Lembaga pendidikan formal (sekolah)

Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh. Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

 

 

  1. Media massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh:

  • Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
  • Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
  • Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
  1. Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

 

 

 

 

 

 

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1809954-sosialisasi/#ixzz1HzdIelW9

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943459-media-sosialisasi/
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943452-pengertian-sosialisasi/

 

 

Indonesia Dalam Modernisasi

Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, modernisasi merupakan suatu bentuk perubanhan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi adalah suatu fakta yang harus dihadapi masyarakat. Tidak terkecuali masyarakat di Indonesia.

            Pada dasarnya negara-negara lain, berkembang karena adanya perubahan. Begitupun juga yang dirasakan oleh bangsa Indonesia. Perubahan tersebut kita kenal sebagai proses modernisasi, proses tersebut mencakup proses yang sangat luas, baik itu dalam segi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Mungkin ditempat lain bentuk nyata dari modernisasi bermacam-macam, seperti misalnya penyemprotan DDT untuk pembasmi nyamuk demam berdarah, serta pemberantasan buta huruf di desa-desa yang tertinggal. Hal demikian juga dilakukan oleh Indonesia, tapi yang akan dibahas di sini adalah modernisasi dalam hal kebudayaan.

            Modernisasi dalam bidang budaya di Indonesia misalnya, kebudayaan yang terkenal dengan gamelan sebagai pengiringnya, kini tidak hanya diiringi dengan gamelan saja tapi sudah ada yang menambah organ, gitar dan alat musik lainnya sebagai pengiringnya.

            Selain melakukan perubahan dengan penambahan alat musik lain sebagai pengiringnya, banyak seniman-seniman yang mengubah musik karawitan dan mengemasnya menjadi lebih modern, yaitu menjadi sebuah seni musik yang dikenal sebagai campursari.

            Sebelum adanya modernisasi, lagu-lagu dalam musik karawitan dan campursari mayoritas menggunakan bahasa Jawa krama inggil (alus). Tapi sekarang setelah adanya modernisasi, banyak seniman yang mengubah lagu-lagu dalam campursari menggunakan bahasa ngoko (jawa kasar). Hal ini dilakukan supaya lagu-lagu campursari lebih dapat dirterima dan dipahami oleh semua kalangan, terutama kalangan muda yang mayoritas tidak banyak mengerti tentang bahasa jawa krama inggil.

            Dengan demikian lagu-lagu campursari dapat diterima dan dipahami oleh semua kalangan. Baik itu orang yang asli Jawa, maupun bukan orang Jawapun bisa memahaminya bahkan menyanyikannya dengan baik, meskipun mereka tidak tahu bagaimana cara berbicara bahasa Jawa. Selain lagu-lagu yang banyak dikemas dengan bahasa ngoko, banyak juga lagu-lagu asing yang dicampursarikan, dengan cara mengubah liriknya ke dalam bahasa Jawa.

            Tidak hanya dalam bidang kesenian saja, modernisasi juga merambah ke dalam bidang bahasa. Misalnya saja pemakaian bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing seperti contohnya penggunaan kata seperti OK, No Problem, Yes, Oh God, dan sebagainya, atau yang sudah menjadi trend orang-orang Jakarta yang banyak menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku seperti “gue” untuk “saya” dan “lu” untuk “kamu”.

            Selain bahasa Indonesia, bahasa Jawa juga demikian. Dahulu, jika seseorang yang usianya lebih muda berbicara dengan orang yang usianya lebih tua pasti menggunakan bahasa Jawa krama inggil tapi seiring perkembangan zaman, banyak orang muda yang mengabaikan pemakaian bahasa krama inggil dan lebih sering menggunakan bahasa ngoko jika berbicara dengan orang yang usianya lebih tua. Hal ini merupakan disorganisasi.

            Mungkin dari fakta tersebut, dapat diambil segi positifnya, yaitu terjalinnya hubungan yang lebih dekat atau erat antara orang yang usianya lebih muda dengan orang yang usianya lebih tua, atau dengan istilah lain, tidak adanya sekat antara orang yang usianya lebih muda dengan orang yang usianya lebih tua.

            Proses modernisasi juga terjadi dalam bidang pendidikan. Seperti yang kita ketahui sekarang, semakin banyak sekolah-sekolah yang memproklamirkan sebagai sekolah berstandar internasional. Sekolah tersebut menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar pebelajarannya. Itulah sebuah fakta yang kita lihat kini, bagaimana negara kita akan menjadi negara yang maju, jika untuk mencintai budaya sendiri saja kita masih tidak bisa. Seharusnya kita harus bisa menjaga serta melestarikan budaya kita terutama bahasa negara kita yaitu bahasa Indonesia, karena bahasa adalah identitas bangsa.

            Selain itu, semakin banyak pendidikan di Indonesia yang diperjualbelikan. Pendidikan kini  tidak hanya diukur dari kemampuan anak didikanya dan semangat anak didiknya untuk belajar melainkan banyak diukur dari segi finansial. Banyak lembaga-lembaga yang dikuasai oleh bangsa asing sebagai investornya, serta semakin banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang berstatus negeri berubah menjadi swasta karena modalnya dikuasai oleh investor asing.

            Pendidikan untuk kalangan atas serta pendidikan di perkotaan banyak dikuasai oleh para investor asing, sedangkan pendidikan untuk kalangan rendah dan pendidikan di pedesaan dikuasai oleh pemerintah.

Eksistensi Sekretaris Dalam Melaksanakan Tugasnya

A.    Pendahuluan

Dalam dunia kantor tidak akan terlepas dari kegiatan kesekretariatan atau pekerjaan kantor yang meliputi seluruh aktivitas menghimpun atau mengumpulkan, mengolah, menggandakan, mengirim, menyimpan, memelihara dan memusnahkan bahan berupa keterangan atau informasi yang berguna bagi perusahaan. Dan biasanya yang bertugas melakukan pekerjaan kantor atau kesekretariatan tersebut adalah sekretaris.

Sekretaris ditinjau dari etimologinya adalah secretum (bahasa latin) yang berarti rahasia. Oleh karena itu sekretaris dalam kerjanya harus dapat menyimpan rahasia kantor maupun pimpinannya. (Menjadi Sekretaris Profesional dan Kantor Yang Efektif,Rosidah dan Ambar Teguh Sulistiyani, 2005 : 12)

Selain bertugas melakukan pekerjaan kantor sebagai perkerjaan rutinnya, seorang skretaris juga dituntut mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan di luar pekerjaan rutin seperti pekerjaan yang membutuhkan kreatifitas, misalnya menyiapkan rapat, seminar, mengatur pertemuan dan jamuan makan, mengatur perjalanan dinas pimpinan serta pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Seorang sekretaris juga tidak terlepas dari kegiatan manajerial, yang meliputi perencanaan(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), pengawasan (controlling).

Menjadi seorang sekretaris bukanlah profesi yang mudah. Untuk menjadi seorang sekretaris dibutuhkan kemampuan yang terlatih. Jadi tidak sembarang orang dapat menjadi seorang sekretaris, ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi sekretaris, misalnya harus menempuh pendidikan minimal jenjang D3 Sekretaris, selain pendidikan juga harus punya pengalaman dalam bidang kesekretariatan.

B.     Pembahasan

Seperti yang telah diketahui, semua kantor pasti membutuhkan seorang sekretaris untuk membantu mengatur kantor tersebut. Peran seorang sekretaris dalam sebuah kantor sangat bersar, dalam mengerjakan pekerjaan kantor maupun dalam memberikan citra yang baik pada pelanggan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seorang sekretaris harus mampu menjaga penampilan diri.

Penampilan diri yang baik akan membentuk citra yang positif bagi pelanggan, karena seorang sekretaris dapat dikatakan icon dari sebuah perusahaan, jadi citra sebuah perusahaan juga ditentukan oleh pelayanan sekretarisnya. Adapun indikator penampilan diri yang baik adalah :

  1. Penampilan yang bersih meliputi kebersihan pakaian, sepatu, dan kebersihan badan.
  2. Penampilan yang rapi dapat diukur dengan cara berpakaian sesuai dengan tata krama kesopanan, rapi dan pantas.
  3. Penampilan (sikap dan tindakan) yang menarik. (Komunikasi Interpersonal, Suranto AW, 2011 : 150-151)

Tugas seorang sekretaris sangat beraneka ragam. Setiap hari tugas-tugas tersebut akan  semakin bertambah dan berkembang. Jadi seorang sekretaris harus pandai-pandai dalam membagi waktu agar semua pekerjaannya dapat terselesaikan dengan efektif dan efisien.Adapun tugas-tugas sekretaris dapat dikelompokkan dalam 4 kegiatan, yaitu :

  1. Tugas rutin, yakni tugas yang tidak memerlukan perintah khusus, perhatian khusus atau pengawasan khusus. Mislanya : tugas pengurusan surat, menermia tamu, tta kearsipan, membuat jadwal kerja pimpinan dan menerima telepon.
  2. Tugas khusus, yaitu tugas yang memerlukan perintah atau sesekali pimpinan mengingkan sekretaris menggunakan pertimbangan dan pengalaman sekretaris untuk menyelesaikannya. Misalnya membuat perjanjian, mengirim faximile.
  3. Tugas yang bersifat kreatif, yakni tugas yang berasal dari inisiatif sekretaris itu sendiri. Biasanya hal-hal yang idlakukan sekretaris adalah perkerjaan yang mendukung/ menunjang kerja pimpinan dalam menyelesaikan tugas.
  4. Tugas untuk melakukan hubungan dan kerjasama, dalam hal ini meliputi :
    1. Hubungan kerjasama dengan dunia luar.
    2. Hubungan kerjasama de dalam organisasi. (Menjadi Sekretaris Profesional dan Kantor Yang Efektif,Rosidah dan Ambar Teguh Sulistiyani, 2005 : 24-26)

Tugas sekeratirs tidak terlepas dari tugas pimpinan. Bahkan seringkali sekretaris menjadi pengganti pimpinan. Jika pimpinan sedang tidak ada di tempat. Maka seorang sekretaris juga perlu memiliki ketrampilan dalam bidang manajerial yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian(organizing), penggerakkan (actuating) serta pengawasan (controlling).

Berkaitan dengan tugas-tugas sekretaris. Ada tugas khusus dan tugas kreatif yang biasa dilakukan oleh seorang sekretaris. Tugas tersebut merupakan tugas di luar tugas rutin sekretaris. Tugas khusus maupun tugas kreatif biasanya akan banyak membutuhkan ketrampilan dan kreatifitas sekretaris dalam melaksanakannya.

Ada berbagai macam tugas khusus dan tugas kreatif seorang sekretaris yang sering dilakukan diantaranya adalah :

  1. Mempersiapkan Perjalanan Dinas Pimpinan

Seorang pimpinan perusahaan biasanya akan sering melakukan perjalanan dinas ke luar kota bahkan ke luar negeri. Sebagai seorang sekretaris harus mengetahui apa saja yang dibutuhkan dalam perjalanan dinas pimpinan tersebut. Adapun persiapan yang biasanya dilakukan oleh sekretaris dalam mempersiapkan perjalanan dinas pimpinan antara lain :

  1. Persiapan transportasi, dapat menggunakan mobil kantor atau alat transportasi lain seperti pesawat. Jika itu menggunakan pesawat, seorang sekretaris harus melakukan pemesanan tiket pesawat jauh hari sebelum hari keberangkatam. Selain tiket berkas-berkas seperti visa, passport dan sebagainya juga merupakan tugas sekretaris.
  2. Persiapan penginapan. Perjalanan dinas tidak cukup hanya sehari, jadi biasanya membutuhkan penginapan. Oleh karena itu seorang sekretaris harus melakukan reservasi hotel yang nantinya akan digunakan pimpinan untuk menginap.
  3. Mempersiapkan jadwal kegiatan perjalanan dinas pimpinan dari mulai berangkat dari kantor, sampai pulang kembali ke kantor. Semua waktu kegiatan tersebut harus diatur sehingga efektif.
  4. Mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan pimpinan selama perjalanan dinas. Seperti berkas atau dokumen yang terkait dengan kegiatan perjalanan dinas pimpinan.

 

 2. Mempersiapkan Penyelenggaraan rapat

Sebagai seorang sekretaris harus mengetahui bagaimana mempersiapkan rapat, apa saja yang dibutuhkan pada saat rapat. Adapun hal-hal yang  perlu di persiapkan pada penyelenggaraan rapat diantaranya :

  1. Tempat/ruang rapat. Sekeretaris mempersiapkan tempat rapat yang disesuaikan dengan jumlah peserta rapat dan tamunya serta fasilitas yang dapat membantu kelancaran rapat. Misalnya listrik yang cukup, temperatur ruangan, sound system, LCD atau OHP(bila diperlukan). Apabila rpat diselenggrakan di ruang kerja pimpinan, sekretaris mengatur agar ruangan tersebut siap dipakai. Bila rapat diselenggarakan di tempat lain, sekretaris harus sudah memesan lama sebelum rapat diadakan. Apabila perlu sekretaris bisa merubah tata ruang rapat agar memberkan suasana yang berbeda dan segar.
  2. Membuat Undangan dan menentukan jumlah calon peserta sesuai dengan pengarhan pimpina. Ushakan undangan bisa diterima oleh peserta rapat tidak mendesak, sehingga merke bisa mempersiapkan bahan rapat.
  3. Peralatan yang mungkin dipersiapkan : white board dan spidol, papan pengumuman, stapler, tape dan kasset kosong, map, pensil, kertas HVS, buku catatan, asbak, komputer, dan sebagainya.
  4. Penyediaan konsumsi, jumlahnya sebanyak peserta rapat dan petugas-petuga yang memperlancar jalannya rapat (lebih baik dilebihkan jumlah satuan konsusmsi daripada kurang).
  5. Agenda rapat. Untuk penyusunan acara rapat sekretareis harus berkonsultasi dengan pimpinan, sekaligus dibicarakan mengenai agenda rapat. Dengan mengetahui agenda maka akan lebih mudah bagi sekretaris untuk mempersiapkan dokumen yang diperlukan.
  6. Mengumpulkan bahan-bahan pelengkap atau hal-hal yang mendukung kelancarann dalam rapat : prensensi, kebersihan ruang/kamara kecil, tempat shola, parkir dan yang lainnya.(Menjadi Sekretaris Profesional dan Kantor Yang Efektif,Rosidah dan Ambar Teguh Sulistiyani, 2005 : 91-92)

 3. Mempersiapkan Janji dan Jamuan Makan

Tidak jarang seorang sekretaris ditugaskan untuk membuat janji dengan kolega ataupun rekan bisnis. Dan seringkali pembuatan janji akan diikuti dengan jamuan makan. Seorang sekretaris biasanya akan menemani pimpinan jika pimpinan menghadiri pertemuan ataupun undangan janji dan jamuan makan oleh koleganya. Pada  jamuan tersebut biasanya akan membahas tentang pekerjaan dan yang terkait dengan kantor.

Sebuah acara jamuan makan berguna untuk mempererat hubungan antar perusahaan. Oleh karena itu seorang sekretaris harus mengetahui bagaiman etika pada saat jamuan makan tersebut.

Selain itu sekretaris juga harus mengetahui bagaimana mempersiapkan jamuan makan, sehingga apabila sewaktu-waktu diminta pimpinan untuk mempersiapkan jamuan makan dapat dilakasanakan dengan baik.

 C.    Penutup

Profesi seorang sekretaris tidak boleh dianggap sebelah mata. Karena profesi tersebut sangatlah penting bagi sebuah perusahaan. Seringkali banyak yang menganggap profesi sekretaris adalah profesi yang mudah, tapi kenyataanya tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik, butuh kemampuan yang terlatih dan terdidik untuk menjadi sekretaris yang profesional.

Tugas-tugas sekretaris yang beraneka ragam menuntut seorang sekretaris untuk dapat bekerja efektif dan efisien. Selain dituntut untuk memiliki kemampuan yang terlatih dan terdidik. Seorang sekretaris juga harus kreatif, karena ada tugas-tugas sekretaris yang membutuhkan kreatifitas dalam pelaksanaannya.

Disamping mampu dalam menjalankan tugasnya dengan efektif dan efisien. Seorang sekretaris juga harus memperhatikan penampilan diri (grooming). Karena penampilan diri yang baik akan membentuk citra yang positif. Seorang sekretaris merupakan icon dari perusahaan jadi harus dapat menjaga penampilan dirinya agar dapat meciptakan citra yang positif bagi perusahaan.

 D.    Daftar Pustaka

Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah. 2005. Menjadi Sekretaris Profesional dan Kantor yang Efektif. Yogyakarta: Gava Media

AW, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

 

 

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.